Your are here: Home // Matahari Pertama Musim Semi

Matahari Pertama Musim Semi

Artikel berikut mencakup topik yang baru saja pindah ke tengah panggung - setidaknya tampaknya begitu. Jika Anda sudah berpikir Anda perlu tahu lebih banyak tentang hal itu, inilah kesempatan Anda.

Oleh Lea Pamungkas

Dan... Uhh, keterhenyakan atas sejumlah peristiwa: Kambiz Roustayi  jurnalis dari Iran membakar dirinya di pusat keramaian kota Amsterdam sebagai ungkapan protes keterkatungan nasib para pencari suaka, Nadem Youssef sial tertembak di pelataran pertokoan Aplhen aan de Rijn.

Youssef adalah imigran Suriah, seorang penyair yang juga aktif dalam politik negara kelahirannya; dipulangkannya 17 keluarga dari Irak dan anak-anak mereka yang lahir di Belanda, pemuda Alasam  seorang pencari suaka dari sebuah negara kecil di Afrika, mengalami depresi berat dan menembak seorang polisi dan pacarnya di Groningen. Kepala kami penuh dan mengkerut.

Maka, betul, matahari "-satu-satunya hal yang tak bisa ditawar membikin bahagia semua orang di Belanda"yang diharapkan. Dan aha, pagi ini  matahari pertama musim semi itu datang. Aku pun bersepeda lambat-lambat melewati garis-garis jalanan, dan tepian taman. Angin membawaku lebih ringan, kicau burung, dan pucuk-pucuk hijau di dahan-dahan bikin orang-orang tampak jauh lebih ramah. Wajah-wajah yang lega.

Mendekati perempatan Ceintuurbaan lampu lalu lintas sudah menyala hijau, di depanku ada sekitar 4 pengendara sepeda lain. Mereka tak kunjung mengayuh sepedanya. Rupanya tepat di depan kami, dua orang perempuan tampak sedang bertikai, tepatnya baku hantam.

Dua perempuan separuh baya, tampak berguling-guling di jalanan, saling jambak dan cakar. Jalanan masih lengang, jam kantor baru saja mulai.  Yang seorang berjilbab, yang lain berambut pirang. Seekor anjing menyalak tak henti-henti, beberapa butir apel menggelinding di jalanan, sebingkai kacamata terinjak-injak berantakan.

œAnjing itu tadi ditendang oleh nyonya berjilbab , jelas seorang pengendara sepeda di depanku. œKasihan, seharusnya dia lebih bisa menghargai binatang dong.

œYa, tapi kamu tahu sendiri ˜kanuntuk orang Islam, dijilat anjing itu dilarang. Apa itu istilahnya ? Ha haharom, tukas seorang pengendara lain. œLagipula tali pengikat  anjing itu terlalu panjang, akhirnya dia terlalu bebas nyelonong ke mana-mana.

œYa tapi kan tak perlu ditendang begitu macam, tukas yang lain. Kali ini agak ketus.

œAh wajar saja, itu reaksi spontan dari orang kaget, seorang pengedara yang lain lagi nyeletuk.

Sepertinya informasi baru ditemukan tentang sesuatu setiap hari. Dan topik
tidak terkecuali. Jauhkan membaca untuk mendapatkan berita lebih segar tentang
.

Aku berada di deretan paling akhir, di sisiku ada seorang pengendara lain. Seorang lelaki Turki, tampaknya. Kami sama-sama diam menatap ke depan, dan mendengarkan. Lelaki Turki di sampingku, bernyanyi kecil. Iramanya tak keruan. Otakku terasa pasif. Bingung menentukan sikap dan aksi. Was-was bertindak, takut dianggap berpihak. Atau bisa jadi juga memang menikmati. Aman jadi penonton.

Baku hantam antara dua perempuan belum berhenti. œPergi lah kamu ke Gurun Sahara sana, teriak perempuan berambut pirang sambil menendang perut lawannya. œKalian cuma mengacau dan membebani

œHei, dasar Belanda tolol. Tidak sensitif ! balas si perempuan berjilbab. Tangannya mengorek-ngorek tas belanjanya mengambil satu kardus telur. Wah bakal seru nih, gumamku. Bisa-bisa seluruh persediaan belanja hari ini, habis dipakai untuk timpuk-timpukan.

Tapi sebelum 12 telur tadi menjadi dadar di wajah si pirang, aku melihat seorang lelaki berlari tergopoh-gopoh dari seberang jalan. Aku tak tahu persis apa yang dikatakan, yang pasti kedua perempuan petarung ini akhirnya memilih berhenti. Berpisah sambil masing-masing mengacungkan tinju.

œKalian ini bagaimana ! Kok diam saja. Cuma menonton! seru lelaki tadi dengan mata mata melotot ke arah kami.

Tak da yang bicara. Kami semua diam, seperti kanak-kanak yang tertangkap basah menyontek di kelas. Yang dengan sadar berbuat tolol. Dimarahi pun, pasrah lah.

Di belakang kami antrian sepeda mulai memanjang, suara bel sepeda terdengar bersahutan. œAyolah, orang-orang. Jangan memperdaya harimu jadi buruk. Ini matahari pertama di musim semi lho, dengan agak tersipu pengendara terdepan memecahkan keperpesonaan  kami pada diri sendiri. Kemudian tergesa mengayuh sepedanya, sambil melambaikan tangan.

Kami pun kembali mengayuh sepeda

Sesegera mungkin hendak melupa.

Tapi di benakku berkelebat pidato Angela Merkel dari Berlin : "Proses integrasi gagal total!"

----

Lea Pamungkas, penulis, kini bermukim di Belanda

Kadang-kadang sulit untuk memilah-milah semua rincian yang terkait dengan hal ini, tapi aku positif Anda tidak akan kesulitan untuk memahami informasi yang disajikan di atas.

Leave a reply

Copyright © 2009 binatang langka.
Designed by Theme Junkie. Converted by Wordpress To Blogger for WP Blogger Themes. Sponsored by iBlogtoBlog.