Your are here: Home // Air Bersih Mengalir Sampai Musi

Air Bersih Mengalir Sampai Musi

Jika Anda sungguh-sungguh tertarik untuk mengetahui tentang
, Anda harus berpikir melampaui dasar-dasar. Artikel informatif mengambil melihat lebih dekat hal yang perlu Anda ketahui tentang
.

PALEMBANG, KOMPAS.com - Di perkampungan Sungai Lais di tepian Sungai Musi, Palembang, Sumatra Selatan, air menggenang sepanjang tahun. Permukaannya berwarna cokelat keruh tampaksemarak dengan sampah plastik yang terapung maupun yangtersangkut di kaki-kaki penyangga rumah panggung di atasnya. Dirumah-rumah panggung kayu itu, air jernihhanya melintas di layar televisi.

Inilah ironi perkampungan di Kelurahan Sungai Lais. Seumur hidup, penduduk akrab dengan air yang melimpah tepat di bawah lantairumah mereka. Namun kesulitan memperoleh air bersih selalu membayangi. Di perkampungan padat yang banyak dihuni masyarakat berpenghasilan rendah ini,air bersih layak minum adalah semacam kemewahan.

Hingga sekitar limabulan lalu, hal inilah yang dirasakanAni (43), seorang buruh cuci yang tinggal di Lorong Kemang, Kelurahan Sungai Lais, Kalidoni, yang selama puluhan tahun hidup di Sungai Lais. Saat itu, air bersih adalah barang berharga.

Tak ada sambungan air ledeng di rumah panggungnya yang mulai reyot dimakan usia.Untuk memasak dan minum, air ledeng dapat dibeli. Namun harganya sangat mahal, Rp 1.500 setiap satu jeriken yang berisi sekitar 20 liter air. Jika ada uang, Ani membeli satu jeriken air ledeng untuk keperluan memasak dan minumsehari.

Karena harga air dirasakan mahal, Anilebih sering mengandalkan air kambang (kolam penampungan air hujan)atau mengambil dari Sungai Musi yang cokelat keruh itu. Untuk memasak dan minum, air dari Sungai Musi itu dia bubuhi kaporit yang dibeli di pasar untuk menjernihkan. "Kalau kaporitnya kebanyakan, air jadi lengket dan aromanya tidak enak. Tapi kalau kurang, air jadi tidak jernih," kata Ani, Senin (16/5/2011).

Bertahun-tahun Ani dan banyak tetangganya hanya bisa membayangkan dapat mempunyai air ledeng di rumahnya seperti banyak mereka lihat di televisi. Namun, biaya pemasangan yang mencapai Rp 1,1 juta begitu tak terjangkau dengan bagi ibu tiga anak yang pendapatannya hanya Rp 100.000 dari buruh mencuci. Pendapatan suaminya sebagai buruh serabutan pun tak bisa diandalkan.

Belum lagi membayangkan tagihan bulanan. Ani merasa khawatir tak akan sanggup membayarnya. Hingga pada Desember 2010, programhibah air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah masuk ke kampung mereka. Program bantuan dari pemerintah Australiaini menawarkan subsidi untuk memangkas biaya instalasi air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dari Rp 1,1 juta menjadi Rp 300 ribu saja.

Ani berpikir keras. Meski telah dipangkas 73 persen lebih murah, jumlah uang itu begitu besar baginya. Namun, mengingat sulitnya mencari air, Ani memberanikan diri. Dia membagi biaya dengan ibunya yang mempunyai rumah tepat di depan rumahnya danhutangan Rp 150 ribu pada ketua RT setempat untuk melunasih bagiannya.

Sebulan lalu, keran di teras belakang rumah Ani pun mulai mengucurkan air bening yang telah dia nantikan sekian lama. Kebahagian terpancar dari senyumnya saat memperlihatkan satu-satunyakeran yang terpasang di rumahnya itu. "Sekarang tak susah lagi cari banyumasak dan minum," ujarnya.

Meskipun demikian, biaya bulanan air masih menjadi beban pikiran Ani.Untuk menghemat biaya, penggunaan air ledeng hanya dibatasi satu drum untuk keperluan seluruh keluarga dalam sehari. Air ledeng hanya dinyalakan setiap pagi untuk memenuhi drum berkapasitaslebih kurang 250 liter itu dan baru dinyalakan kembali esok paginya.

Semakin banyak informasi otentik tentang
Anda tahu, semakin banyak orang mungkin adalah untuk mempertimbangkan Anda ahli
. Baca terus untuk fakta
bahkan lebih yang Anda dapat berbagi.

Setiap bulan, Ani menyisihkan Rp 50.000 dari pendapatannya Rp 100.000 khusus untuk membayar tagihan air. Semua ini dia lakukan agar aliran air bersih di rumahnya tidak dicacbut. "Pokoknya uang itu disisihkan dulu, nanti kalau sisa setelah bayar tagihan air baru digunakan untuk keperluan lainnya. Kalau tidak begitu, saya takut menunggak lalu dihentikan airnya," tuturnya.

Hingga saat ini, masih ada sekitar 500 keluarga di Sungai Lais yang belum punya akses pada air bersih. Tak hanya di Sungai Lais, wargakampung-kampung di tepian Sungai Musi lainnya banyak merasakan kesulitan yang sama. Salah satunya di Musi II, Gandus.

Maemunah (38) dari Musi II, misalnya,terpaksa membeli air setiap hari dengan harga Rp 250 tiap jeriken. Setiap hariMaemunah membutuhkan minimal dua jeriken untuk keperluan memasak, minum, dan mandi dua anaknya yang salah satunya masih balita. "Saya takut memakai air Sungai Musi karena kotor sekali. Saya punya anak kecil, takut dia sakit kalau pakai airMusi,"kata istri buruh harian itu.

Hal inidia lakukan sebelum mendapat subdidi instalasi airdariAUSAID. Sejak sepekan yang lalu, Maemunah mulai menggunakan air ledeng untuk keperluan sehari-hari.

Kualitas air menurun

Seiring pembangunan, kulitas air Sungai Musi menurun.Rokiyah (65), warga yang lahir dan tumbuh diSungai Lais mengenang, pada masa kecilnya, penduduk biasa menggunakan air rawadi sekitar rumah maupun Sungai Musi untuk keperluan sehari-hari, mulai dari memasak, minum, mandi, hingga mencuci. Saat itu, air masih lebih bersihmeskipun seringkali mengandung berlumpur.

Airdari Musi maupun rawa itu biasanya didiamkan beberapa saat untuk mengendapkan kotorannyasehingga lebih jernih saat digunakan. Namun kini, air di daerah itu semakin kotor dan mempunyai rasa yang aneh meskipun telah didiamkan. "Rasanyasekarang seperti campuran asin dan asam. Sepet, tidak enak diminum,"kata Rokiyah.

Tak perlu menelisikjauh untuk menjelaskan rasa air Sungai Musiyang ganjil itu. Industrialisasi yang hadir di tepian Sungai Musi membuat air terpolusisehingga memengaruhi rasanya. Air darisungai itu merembes ke sekitarnya dan memengaruhi rasa air rawamaupun air tanah yang berada di tepian.Warga berpenghasilan rendah yang banyak bermukim di tepian Musi pun harus merasakan dampak daya dukung lingkungan yang memburuk.

Wali Kota Palembang Eddy Santana Putra menyebutkan,sampai saat ini sekitar 2.000 keluarga Palembang belum mendapat akses air bersih. Jumlah ini telah berkurang dari 7.000 keluargayang belum mempunyai akses air bersih pada tahun lalu. Sebagian besar dari mereka adalah warga dengan penghasilan rendah yang tak mampu membiayai pemasangan instalasi air PDAM.

"Masih diperlukan banyak bantuan untuk memberi akses air bersih pada para penduduk itu.Kami masih berupaya terus agar seluruh masyarakat Palembang dapat akses air bersih. Tahun 2012 kamitargetkan semua warga Palembang telah dapat menikmati aliran bersih. Penyediaan air bersih ini salah satu upaya pencapaian Millennium Development Goals," papar Eddypada peresmian dan penyerahan program hibah air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah Kota Palembang, Senin (16/5/2011).

Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto yang meresmikan penyerahan hibah air minum di Palembang itu mengungkapkan, tantangan penyediaan air bersih di perkotaan semakin besar. Tidak hanya dari pembangunan infrastruktur, namun juga mencari sumber-sumber air layak minum yang jumlahnya semakin menyusut seiring meningkatnya kerusakan lingkungan. Sampai saat ini, baru 47 persen atau delapan juta keluarga Indonesia yang mempunyai akses pada air bersih tersebut.

Orang-orang seperti Ani dan Maemunah tak pernah berpikir terlalu rumit tentang program MDGs atau pembangunan perencanaan infrastruktur. Saat ini, mereka tengah tersenyum karena air bersih layak minum kini mengalir sampai tepian Sungai Musi.

Kadang-kadang sulit untuk memilah-milah semua rincian yang terkait dengan hal ini, tapi aku positif Anda tidak akan kesulitan untuk memahami informasi yang disajikan di atas.

Leave a reply

Copyright © 2009 binatang langka.
Designed by Theme Junkie. Converted by Wordpress To Blogger for WP Blogger Themes. Sponsored by iBlogtoBlog.