Apakah Anda pernah merasa seperti Anda tahu hanya cukup tentang
akan berbahaya? Mari kita lihat apakah kita dapat mengisi sebagian dari celah dengan info terbaru dari para ahli
.
KOMPAS.com - Ia kembali setelah merantau lama. Anak itu hanyalah seorang yang miskin. Namun saat pulang, ia telah menjadi pemuda kaya dan membawa serta istrinya yang cantik. Sayang, semua itu ia nodai dengan akhlak buruk. Ibunya yang tua renta dan setia menunggu si anak pulang pun terpaksa menelan kenyataan pahit. Atas nama gengsi, si anak tak mengakui ibu kandungnya sendiri. Sedih dan kecewa, sang ibu pun mengutuk anaknya yang durhaka. Kapal yang ditumpangi si anak dan istrinya dihantam badai. Kutukan itu pun menjadi nyata. Si anak berubah menjadi batu. Cerita rakyat Malin Kundang dari ranah Minang begitu tenar di indonesia. Kisah itu tak hanya dikenal oleh kalangan orang Minang. Namun juga setiap anak dari berbagai suku begitu mengenal tokoh Malin Kundang. Sebuah kisah dengan kearifan lokal yang mengajarkan pentingnya bakti seorang anak kepada orang tua. Batu yang konon disebut-sebut sebagai Malin Kundang bisa Anda temui di Pantai Air Manis, Padang, Sumatera Barat. Untuk menuju lokasi ini, Anda harus menempuh perjalanan darat selama sekitar 30 menit melalui jalan berkelok dan menanjak. Apakah semuanya masuk akal sejauh ini? Jika tidak, aku yakin bahwa hanya dengan membaca sedikit lebih, semua fakta akan jatuh ke tempatnya.
Di Pantai Air Manis, Anda akan melihat batu yang berbentuk seperti orang tengah tertelungkup. Batu inilah yang disebut-sebut sebagai Malin Kundang. Beberapa batu lainnya yang berserakan di sekitarnya diyakini sebagai puing-puing kapal karam yang ditumpangi Malin Kundang. Di saat air pasang, ombak akan menyapu bebatuan itu. Konon, ombak yang menerjang bebatuan itu menghasilkan suara seperti ratapan. Laksana sebuah pilu sedih penyesalan Malin Kundang. Pantai Air Manis tak hanya sekadar tenar karena kisah Malin Kundang. Panorama matahari terbenam di pantai ini luar biasa cantiknya. Di cuaca cerah, bola jingga matahari perlahan turun menyentuh cakrawala. Selain itu, ombak yang konsisten selalu muncul, menjadikan Pantai Air Manis tempat favorit untuk surfing. Apalagi ombaknya tidak terlalu tinggi sehingga cocok untuk para pemula. Pasir coklat cenderung hitam keunikan lainnya. Pantai yang begitu luas dan datar. Berjalan di atas pantai ini seperti berjalan di tanah lapang. Lebarnya sekitar dua ratus meter di kala air surut. Sekitar lima ratus meter dari batu Malin Kundang ke arah barat, terdapat Pulau Pisang. Tak ada manusia yang menghuni pulau kecil. Sebenarnya tak pantas menyebutnya sebagai pulau. Karena, Pulau Pisang dan Pantai Air Manis terhubung jadi satu. Di kala air surut, Anda bisa berjalan kaki ke Pulau Pisang. Nah, di saat air pasang, wilayah kecil itu terpisah dari Pantai Air Manis sehingga bagaikan sebuah pulau tersendiri. Monyet-monyet liar namun jinak menghuni pulau itu. Adakan piknik sambil makan jambu yang banyak tumbuh di pulau itu pun menjadi kegiatan seru. "Tapi hati-hati kalau air pasang, nanti tidak bisa pulang. Karena air jadi tinggi," Doan yang berprofesi sebagai sopir sekaligus pemandu dari Padang memperingatkan. Piknik, surfing, berenang, sampai camping. Aneka kegiatan tersebut bisa dilakukanj oleh wisatawan saat berkunjung ke Pantai Air Manis. Oleh karena itu, pantai ini pun menjadi favorit para wisatawan saat berkunjung ke Kota Padang. Namun tetap saja daya tarik utama bagi wisatawan domestik adalah kisah si anak durhaka yang telah diwariskan secara turun menurun melalui dongeng pengantar tidur setiap anak-anak Indonesia.
Di Pantai Air Manis, Anda akan melihat batu yang berbentuk seperti orang tengah tertelungkup. Batu inilah yang disebut-sebut sebagai Malin Kundang. Beberapa batu lainnya yang berserakan di sekitarnya diyakini sebagai puing-puing kapal karam yang ditumpangi Malin Kundang. Di saat air pasang, ombak akan menyapu bebatuan itu. Konon, ombak yang menerjang bebatuan itu menghasilkan suara seperti ratapan. Laksana sebuah pilu sedih penyesalan Malin Kundang. Pantai Air Manis tak hanya sekadar tenar karena kisah Malin Kundang. Panorama matahari terbenam di pantai ini luar biasa cantiknya. Di cuaca cerah, bola jingga matahari perlahan turun menyentuh cakrawala. Selain itu, ombak yang konsisten selalu muncul, menjadikan Pantai Air Manis tempat favorit untuk surfing. Apalagi ombaknya tidak terlalu tinggi sehingga cocok untuk para pemula. Pasir coklat cenderung hitam keunikan lainnya. Pantai yang begitu luas dan datar. Berjalan di atas pantai ini seperti berjalan di tanah lapang. Lebarnya sekitar dua ratus meter di kala air surut. Sekitar lima ratus meter dari batu Malin Kundang ke arah barat, terdapat Pulau Pisang. Tak ada manusia yang menghuni pulau kecil. Sebenarnya tak pantas menyebutnya sebagai pulau. Karena, Pulau Pisang dan Pantai Air Manis terhubung jadi satu. Di kala air surut, Anda bisa berjalan kaki ke Pulau Pisang. Nah, di saat air pasang, wilayah kecil itu terpisah dari Pantai Air Manis sehingga bagaikan sebuah pulau tersendiri. Monyet-monyet liar namun jinak menghuni pulau itu. Adakan piknik sambil makan jambu yang banyak tumbuh di pulau itu pun menjadi kegiatan seru. "Tapi hati-hati kalau air pasang, nanti tidak bisa pulang. Karena air jadi tinggi," Doan yang berprofesi sebagai sopir sekaligus pemandu dari Padang memperingatkan. Piknik, surfing, berenang, sampai camping. Aneka kegiatan tersebut bisa dilakukanj oleh wisatawan saat berkunjung ke Pantai Air Manis. Oleh karena itu, pantai ini pun menjadi favorit para wisatawan saat berkunjung ke Kota Padang. Namun tetap saja daya tarik utama bagi wisatawan domestik adalah kisah si anak durhaka yang telah diwariskan secara turun menurun melalui dongeng pengantar tidur setiap anak-anak Indonesia.
. Semakin banyak Anda tahu, semakin mudah akan fokus pada apa yang penting.