Satu-satunya cara untuk mengikuti terbaru tentang
adalah untuk terus tinggal di mencari informasi baru. Jika Anda membaca segala sesuatu yang Anda temukan tentang
, itu tidak akan memakan waktu lama bagi Anda untuk menjadi otoritas yang berpengaruh.
JAKARTA, KOMPAS.com - Selama ini diperkirakan sejumlah 20 persen penumpang KRL Jabodetabek khususnya kelas ekonomi tidak membeli karcis. Hal ini diungkapkan oleh anggota Ikatan Insan Perkeretaapian Indonesia, Hendrowijono ketika memberikan paparan dalam diskusi Kereta Api Untuk Rakyat di Hotel Millenium, Jakarta, Senin (27/6/2011). "Sebenarnya jumlah penumpang KRL mencapai 500.000 per hari. Hanya saja 20 persen atau 100.000 tidak beli karcis. Jadi yang tercatat hanya 400.000 orang," kata Hendro. Dalam diskusi ini, turut hadir pula Sekretaris Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Nugroho Indrio dan Vice President Pemasaran Angkutan Penumpang PT. KAI, Husein Nuroni. Sekarang kita telah membahas aspek-aspek
, mari kita kembali kepada beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan.
Menurut Hendro, tingkat pengawasan dari operator dinilai sangat lemah sehingga banyak penumpang yang akhirnya naik tanpa karcis. Hal ini juga disebabkan banyaknya stasiun yang tidak steril dan penumpang yang terlalu padat sehingga kondektur sulit melakukan pengawasan. "Sekadar menambah jumlah kereta, lokomotif dan jadwal perjalanan tidak akan menyelesaikan masalah. Justru malah memunculkan masalah baru," kata Hendro. Hendro menyarankan agar semua gagasan tersebut juga dibarengi dengan meninggikan jalur kereta api dibanding lingkungan. Hal ini agar jalur kereta api tidak lagi selevel dengan kawasan kegiatan masyarakat, baik berupa pemukiman maupun kegiatan ekonomi sehingga kereta api dapat berfungsi optimal. Pertumbuhan kegiatan masyarakat dan pemukiman yang tinggi, tegasnya, menyebabkan gangguan operasional dan berdampak pada korban kecelakaan kereta api. Namun solusi semacam ini membutuhkan peran aktif pemerintah daerah dan pemerintah pusat. "Tanpa membuat steril operasional kereta api, baik di stasiun maupun di jalurnya, mustahil mencapai target yang ditetapkan," tandasnya.
, mari kita kembali kepada beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan.
Menurut Hendro, tingkat pengawasan dari operator dinilai sangat lemah sehingga banyak penumpang yang akhirnya naik tanpa karcis. Hal ini juga disebabkan banyaknya stasiun yang tidak steril dan penumpang yang terlalu padat sehingga kondektur sulit melakukan pengawasan. "Sekadar menambah jumlah kereta, lokomotif dan jadwal perjalanan tidak akan menyelesaikan masalah. Justru malah memunculkan masalah baru," kata Hendro. Hendro menyarankan agar semua gagasan tersebut juga dibarengi dengan meninggikan jalur kereta api dibanding lingkungan. Hal ini agar jalur kereta api tidak lagi selevel dengan kawasan kegiatan masyarakat, baik berupa pemukiman maupun kegiatan ekonomi sehingga kereta api dapat berfungsi optimal. Pertumbuhan kegiatan masyarakat dan pemukiman yang tinggi, tegasnya, menyebabkan gangguan operasional dan berdampak pada korban kecelakaan kereta api. Namun solusi semacam ini membutuhkan peran aktif pemerintah daerah dan pemerintah pusat. "Tanpa membuat steril operasional kereta api, baik di stasiun maupun di jalurnya, mustahil mencapai target yang ditetapkan," tandasnya.
untuk membuat padat, memotong informasi pilihan di atas faktor ketakutan. Jika Anda menerapkan apa yang baru saja belajar tentang
, Anda seharusnya tidak perlu khawatir.