Ketika Anda belajar tentang sesuatu yang baru, mudah merasa kewalahan oleh jumlah informasi relevan yang tersedia. Artikel informatif akan membantu Anda berfokus pada titik sentral.
Cerber Hery Prasetyo Lili dan Zaliany keluar dari kelas setelah sejam mendengarkan kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia. Mereka sebenarnya ingin ke kost Awan, tempat para aktivis sering berdiskusi dan merancang aksi. Tapi Lili mengajak Zaliany ke kantin dulu. Nanti saja ke rumah Awan. Kita ke kantin dulu, yuk. Mulai lapar, pinta Lili. Zaliany pun menuruti. Dia tahu, Lili agak resah setelah bertemu kakaknya. Ini kesempatan untuk menjajaki perasaannya tentang abangnya. Dalam hati Zaliany sudah ikhlas menjadi Mak Comblang untuk kedua manusia yang sangat dia sayangi. Sejujurnya, satu-satunya perbedaan antara Anda dan para ahli Harga Jual Blackberry iPhone Laptop Murah adalah waktu. Jika Anda akan menginvestasikan waktu sedikit lebih dalam membaca, Anda akan yang lebih dekat ke status ahli ketika datang ke Harga Jual Blackberry iPhone Laptop Murah.
Benar saja. Setelah pesan makanan dan minuman, Lili mulai buka pertanyaan yang mengarah ke Baskara. Dalam tiga bulan ini keduanya memang sangat akrab. Keakraban yang akhirnya membangun persahabatan yang makin erat, apalagi diberi pupuk pemikiran dan pendirian yang sama. Mereka semakin terbuka dan sering saling mencurahkan isi hati dan cerita dalam banyak hal. Zal, kakakmu asyik juga, ya? Aha, kamu tertarik ya? tembak Zaliany. Hus, baru ketemu pikiranmu sudah ngelantur. Sudah deh, jujur saja. Kita kan friends. Nggak perlu ada yang ditutup-tutupi. Kalau kamu tertarik, bisa diatur, Zaliany mencoba to the point. Aku belum bisa menjelaskan. Tapi, terus terang aku agak gimana, gitu. Sempat gemetar sedikit hahaha Ada unsur ketertarikan, tapi tentang apa aku belum tahu. Awas, jangan cerita kepadanya, lho!, Lili mulai menyantap gado-gado yang sudah dihidangkan. Kalau begitu dijajaki saja. Aku bisa atur agar kalian ketemu lagi, setuju nggak? Wah, bagaimana ya? Lili sebenarnya setuju, tapi agak sedikit malu. Untuk yang satu ini Lili masih kesulitan terbuka. Itu rupanya diketahui Zaliany. Begini saja, bagaimana kalau setiap mau kuliah kamu mampir ke rumahku dulu? Malu, ah! Sudah deh, nurut saja! ultimatum Zaliany tak bisa dijawab Lili. Lili masih malu mengungkapkan isi hati yang sebenarnya sangat setuju. Jangan dulu, ah. Nanti terkesan agresif. Biarkan semua berjalan apa adanya. Kalau memang cocok, pasti banyak kesempatan bertemu. Kamu kok jadi bersemangat, sih? Tentu saja. Kalau dua orang yang kuanggap istimewa bersatu dalam cinta, aku juga ikut bahagia. "Kamu bisa saja. Tapi jangan direkayasa begitu, aku nggak suka. Zaliany pun tak berani memaksa, demi menghormati sahabatnya. Toh, masih banyak kesempatan untuk mempertemukan mereka berdua. Usai makan di kantin, tanpa banyak menunggu mereka langsung meluncur ke daerah Depok, tempat kost Awan. Di sana Awan dan beberapa teman sudah asyik berdiskusi. Awan yang sedang duduk bersandar kusen pintu kostnya sambil bicara dengan empat rekan yang ada di dalam, tampak langsung berwajah cerah begitu melihat sosok Zaliany. Dia sudah lama menaruh simpati kepadanya, tapi masih belum bisa mengungkapkan isi hatinya. Diam-diam, Zaliany yang cantik dan periang ini sebenarnya juga tertarik, hanya sebagai wanita dia lebih memilih menunggu datangnya bola. Sayangnya, bola itu tak segera ditendang Awan.
Benar saja. Setelah pesan makanan dan minuman, Lili mulai buka pertanyaan yang mengarah ke Baskara. Dalam tiga bulan ini keduanya memang sangat akrab. Keakraban yang akhirnya membangun persahabatan yang makin erat, apalagi diberi pupuk pemikiran dan pendirian yang sama. Mereka semakin terbuka dan sering saling mencurahkan isi hati dan cerita dalam banyak hal. Zal, kakakmu asyik juga, ya? Aha, kamu tertarik ya? tembak Zaliany. Hus, baru ketemu pikiranmu sudah ngelantur. Sudah deh, jujur saja. Kita kan friends. Nggak perlu ada yang ditutup-tutupi. Kalau kamu tertarik, bisa diatur, Zaliany mencoba to the point. Aku belum bisa menjelaskan. Tapi, terus terang aku agak gimana, gitu. Sempat gemetar sedikit hahaha Ada unsur ketertarikan, tapi tentang apa aku belum tahu. Awas, jangan cerita kepadanya, lho!, Lili mulai menyantap gado-gado yang sudah dihidangkan. Kalau begitu dijajaki saja. Aku bisa atur agar kalian ketemu lagi, setuju nggak? Wah, bagaimana ya? Lili sebenarnya setuju, tapi agak sedikit malu. Untuk yang satu ini Lili masih kesulitan terbuka. Itu rupanya diketahui Zaliany. Begini saja, bagaimana kalau setiap mau kuliah kamu mampir ke rumahku dulu? Malu, ah! Sudah deh, nurut saja! ultimatum Zaliany tak bisa dijawab Lili. Lili masih malu mengungkapkan isi hati yang sebenarnya sangat setuju. Jangan dulu, ah. Nanti terkesan agresif. Biarkan semua berjalan apa adanya. Kalau memang cocok, pasti banyak kesempatan bertemu. Kamu kok jadi bersemangat, sih? Tentu saja. Kalau dua orang yang kuanggap istimewa bersatu dalam cinta, aku juga ikut bahagia. "Kamu bisa saja. Tapi jangan direkayasa begitu, aku nggak suka. Zaliany pun tak berani memaksa, demi menghormati sahabatnya. Toh, masih banyak kesempatan untuk mempertemukan mereka berdua. Usai makan di kantin, tanpa banyak menunggu mereka langsung meluncur ke daerah Depok, tempat kost Awan. Di sana Awan dan beberapa teman sudah asyik berdiskusi. Awan yang sedang duduk bersandar kusen pintu kostnya sambil bicara dengan empat rekan yang ada di dalam, tampak langsung berwajah cerah begitu melihat sosok Zaliany. Dia sudah lama menaruh simpati kepadanya, tapi masih belum bisa mengungkapkan isi hatinya. Diam-diam, Zaliany yang cantik dan periang ini sebenarnya juga tertarik, hanya sebagai wanita dia lebih memilih menunggu datangnya bola. Sayangnya, bola itu tak segera ditendang Awan.